Menag: Kajian Manuskrip Pintu Masuk Pahami Cara Leluhur Bumikan Ajaran Agama

By Admin

nusakini.com--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, mempelajari manuskrip bisa dijadikan pintu untuk mempelajari cara para pendahulu membumikan ajaran agama di masanya. 

"Mengkaji dan mempelajari manuskrip, selain memperkaya pengetahuan kita tentang masa lalu, juga bisa belajar tentang bagaimana para pendahulu membumikan ajaran agama. Betapa beragam dan kayanya pembumian agama Islam ini,” terang Menag Lukman saat berbicara pada Kajian Islam Nusantara di Rumah Dinas Menteri Agama, Widyacandra, Jakarta, Sabtu (07/04). 

“Dengan demikian, kita bisa belajar untuk beragama dengan lebih rendah hati,” sambungnya.  

Kajian ini digelar Islam Nusantara Center bekerja sama dengan Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang - Diklat Kemenag. Diskusi yang dihadiri ratusan mahasiswa pasca sarjana dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya itu menghadirkan empat narasumber, yaitu: Staf Ahli Menag bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Oman Fathurahman, Kapus Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang-Diklat Muhmmad Zain, Zainul Milal Bizawie, dan Ahmad Ginanjar Sa'ban. 

Menurut Menag, untuk membumikan ajaran agama, Tuhan menurunkan kitab suci sekaligus mengutus hamba-Nya sebagai pembawa risalah sekaligus penafsir firman-Nya. Saat sang utusan (Rasul) meninggal, maka kitab suci yang berupa teks jadi pegangan umat. Karena keterbatasan umat manusia dalam memahami teks kitab suci, munculah keragaman dalam penafsiran. 

Menag melihat, keberagaman tafsir sebenarnya mempermudah manusia dalam menjalankan ibadah. Namun, karena sebuah kepentingan, ada saja oknum yang mencoba untuk menghadapkan perbedaan itu. Ada saja orang yang menggunakannya untuk memecah belah umat.  

"Untuk itu, sangat penting beragama secara moderat, menghargai perbedaan dan tidak memaksakan kehendak. Karena perbedaan adalah sunnatullah," lanjut Menag.  

M Zain menceritakan pengalamannya saat berkunjung di Turki. Menurutnya, pengelolaan manuskrip di Turki dilakukan dengan sangat baik.  

"Pengelolaan manuskrib di Turki sangat baik. Pemerintah Turki menganggarkan biaya triliunan rupiah untuk menjaga, merawat dan mengelola manuskripnya. Jika ada gempa bumi, perang atau apa pun, manuskrip di sana masih bisa terjaga dengan baik. Sistem keamanannya sangat bagus," cerita M Zain.  

Sementara itu, Ginanjar Sa'ban mengungkap fakta, bahwa manuskrip nusantara sangat kaya. "Dari segi bentuk, bahasa maupun huruf, manuskrip di Nusantara sangat kaya. Jika dibanding dengan Turki, secara garis besar, Turki hanya punya tiga bahasa: Turki, Arab, dan Parsi. Kita lebih dari 18 bahasa," terang Sa'ban.  

Milal mengungkap, banyak kejadian dan sejarah Nusantara yang belum terungkap. "Dengan mempelajari manuskrip, kita akan mengungkap banyak hal sejarah nenek moyang kita," ungkapnya.. 

Sementara itu, Oman Fathurahman mengupas Manuskrip Nusantara dalam fase Sejarah Kebudayaan Nusantara. Menurutnya, hal itu dipengaruhi setidaknya oleh tiga peradaban, yaitu: India, Islam, dan Eropa.  

"Manuskrip kita, secara garis besar mendapat pengaruh dari India, Islam, dan Eropa. Hingga hari ini, manuskrip kita banyak yang tersimpan di Eropa. Banyak pula yang masih dimiliki masyarakat dengan perawatan ala kadarnya. Menjadi tugas kita bersama untuk menjaga, merawat dan mempelajari manuskrip untuk kehidupan kita yang lebih baik," ungkapnya. (p/ab)